v
LANDASAN FILOSOFIS KURIKULUM 2013
-PENDIDIKAN BERAKAR PADA BUDAYA BANGSA,
KEHIDUPAN MASA KINI DAN MEMBANGUN LANDASAN
KEHIDUPAN MASA DEPAN.
-PENDIDIKAN ADALAH PROSES PEWARISAN DAN
PENGEMBANG BUDAYA .
-PENDIDIKAN MEMBERIKAN DASAR BAGI UNTUK
PESERTA DIDIK BERPARTISIPASI DALAM MEMBANGUN KEHIDUPAN MASA KINI.
-PENDIDIKAN MENGEMBANGKAN
BERBAGAI POTENSI YANG DIMILIKI PESERTA DIDIK
-PENDIDIKAN ADALAH PROSES
PENGEMBANGAN JATIDIRI PESERTA DIDIK.
-PENDIDIKAN MENEMPATKAN PESERTA
DIDIK SEBAGAI SUBJEK YANG BELAJAR
(EKLEKTIK ANTARA PERENIALISME,
ESENSIALISME, HUMANISME, PROGRESIVISME, REKONSTRUKSI SOSIAL
v Perbandingan Kurikulum dari Masa ke Masa
No
|
Kurikulum .... – 1994
|
Kurikulum 2004 – 2006
|
Kurikulum 2013
|
1
|
Basis materi
|
Basis produk
|
Basis praksis
|
2
|
Fokus pada ranah pengetahuan
|
Mapel berkontribusi pada kompetensi tertentu
|
Mapel berkontribusi pada semua ranah kompetensi
|
2
|
Produk dan proses ditentukan dari materi
|
Produk ditentukan dari materi, proses ditentukan terpisah
|
Materi dan proses diturunkan dari produk
|
2
|
Penekanan pada rencana
|
Penekanan pada hasil
|
Penekanan keselarasan rencana, kegiatan, hasil
|
3
|
Keseragaman materi
|
Keseragaman hasil
|
Keseragaman materi, proses dan hasil
|
No
|
Kurikulum .... – 1994
|
Kurikulum 2004 – 2006
|
Kurikulum 2013
|
1
|
Basis materi
|
Basis produk
|
Basis praksis
|
2
|
Fokus pada ranah pengetahuan
|
Mapel berkontribusi pada kompetensi tertentu
|
Mapel berkontribusi pada semua ranah kompetensi
|
2
|
Produk dan proses ditentukan dari materi
|
Produk ditentukan dari materi, proses ditentukan terpisah
|
Materi dan proses diturunkan dari produk
|
2
|
Penekanan pada rencana
|
Penekanan pada hasil
|
Penekanan keselarasan rencana, kegiatan, hasil
|
3
|
Keseragaman materi
|
Keseragaman hasil
|
Keseragaman materi, proses dan hasil
|
4
|
Pemantauan pelaksanaan silabus dan RPP standar
|
Penilaian hasil yang sangat ketat (harusnya), mis. UN
|
Penilaian proses dan hasil secara utuh
|
5
|
Menggunakan materi sebagai konteks
|
Menggunakan materi sebagai konteks
|
Menggunakan tema populer sebagai konteks
|
v Arah Pengembangan: Penguatan
Proses
|
Karakteristik Penguatan
|
Pembelajaran
|
Menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba,
menalar,....
|
Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk semua
mata pelajaran
|
|
Menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberi tahu [discovery
learning]
|
|
Menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa
pengetahuan dan berfikir logis, sistematis, dan kreatif
|
|
Penilaian
|
Mengukur tingkat berfikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi
|
Menekankan pada pertanyaan yang mebutuhkan pemikiran mendalam [bukan
sekedar hafalan]
|
|
Mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa
|
|
Menggunakan portofolio pembelajaran siswa
|
v Arah Rancangan: Pola Pikir Perumusan Kurikulum
No
|
KBK 2004
|
KTSP 2006
|
Kurikulum 2013
|
1
|
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi
|
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan
|
|
2
|
Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar
Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
|
Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi
Inti yang bebas mata pelajaran
|
|
3
|
Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan,
dan pembentuk pengetahuan
|
Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan,
|
|
4
|
Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran
|
Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai
|
|
5
|
Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata
pelajaran terpisah
|
Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)
|
|
6
|
Kurikulum adalah bagian dari Standar Isi
|
Kurikulum adalah turunan dari SKL, SI, Proses, Penilaian
|
KTSP 2006
|
Kurikulum 2013
|
Mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentu
|
Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi [sikap, keterampilan,
pengetahuan] dengan penekanan yang berbeda
|
Mapel dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiri
|
Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi
dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas
|
Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan
|
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge
|
Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang berbeda
|
Semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama, yaitu
pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar,....
|
Untuk SMA, ada penjurusan sejak kelas XI
|
Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar
minat, dan pendalaman minat
|
SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi
|
SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar-dasar
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
|
Penjurusan di SMK sangat detil [sampai keahlian]
|
Penjurusan di SMK tidak terlalu detil [sampai bidang studi], didalamnya
terdapat pengelompokkan peminatan dan pendalaman
|
v Perbandingan Tata Kelola Pelaksanaan Kurikulum
Elemen
|
Ukuran Tata kelola
|
KTSP 2006
|
Kurikulum 2013
|
Guru
|
Kewenangan
|
Hampir mutlak
|
Terbatas
|
Kompetensi
|
Harus tinggi
|
Sebaiknya tinggi. Bagi yang rendah masih terbantu dengan adanya buku
|
|
Beban
|
Berat
|
Ringan
|
|
Efektivitas waktu untuk kegiatan
pembelajaran
|
Rendah [banyak waktu untuk persiapan]
|
Tinggi
|
|
Buku
|
Peran penerbit
|
Besar
|
Kecil
|
Variasi materi dan proses
|
Tinggi
|
Rendah
|
|
Variasi harga/beban siswa
|
Tinggi
|
Rendah
|
|
Siswa
|
Hasil pembelajaran
|
Tergantung sepenuhnya pada guru
|
Tidak sepenuhnya tergantung guru, tetapi juga buku yang disediakan
pemerintah
|
Pemantauan
|
Titik Penyimpangan
|
Banyak
|
Sedikit
|
Besar Penyimpangan
|
Tinggi
|
Rendah
|
|
Pengawasan
|
Sulit, hampir tidak mungkin
|
Mudah
|
Proses
|
Peran
|
KTSP 2006
|
Kurikulum 2013
|
Penyusunan Silabus
|
Guru
|
Hampir mutlak [dibatasi hanya oleh SK-KD]
|
Pengembangan dari yang sudah disiapkan
|
Pemerintah
|
Hanya sampai SK-KD
|
Mutlak
|
|
Pemerintah Daerah
|
Supervisi penyusunan
|
Supervisi pelaksanaan
|
|
Penyediaan Buku
|
Penerbit
|
Kuat
|
Lemah
|
Guru
|
Hampir mutlak
|
Kecil, untuk buku pengayaan
|
|
Pemerintah
|
Kecil, untuk kelayakan penggunaan di sekolah
|
Mutlak untuk buku teks
|
|
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
|
Guru
|
Hampir mutlak
|
Kecil, untuk pengembangan dari yang ada pada buku teks
|
Pemerintah Daerah
|
Supervisi penyusunan dan pemantauan
|
Supervisi pelaksanaan dan pemantauan
|
|
Pelaksanaan Pembelajaran
|
Guru
|
Mutlak
|
Hampir mutlak
|
Pemerintah Daerah
|
Pemantauan kesesuaian dengan rencana [variatif]
|
Pemantauan kesesuaian dengan buku teks [terkendali]
|
|
Penjaminan Mutu
|
Pemerintah
|
Sulit, karena variasi terlalu besar
|
Mudah, karena mengarah pada pedoman yang sama
|
1.Esensi Pendekatan Ilmiah
- Pembelajaran merupakan proses Ilmiah
- Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik
- Penalaran dalam Pendekatan ilmiah
- Penalaran Induktif
- Penalaran deduktif
2. Penalaran
Induktif dan Deduktif
- Penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan
- Penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas
- Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik
- Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum
3. Metode
Ilmiah
- Teknik-teknik investigasi tas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya
- Kriteria Ilmiah
- Metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik
- Metode ilmiah umumnya memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis
4. Pendekatan
Ilmiah dan Nonilmiah dalam Pembelajaran
- Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran tradisional
- Pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen.
- Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen.
5.Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
- Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah
- Proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah
- Proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah lebih mengutamakan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran
- Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah
- Proses pembelajaran semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis
6. Kriteria
- Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
- Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logi.
- Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran
- Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran
- Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran
- Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan
- Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya
7. Langkah-Langkah
Pembelajaran
dengan Pendekatan Ilmiah
- Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan
8. Langkah-Langkah
Pembelajaran dengan Pendekatan
Ilmiah
- Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
- Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
- Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
- Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
- Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah
- Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran
9. Langkah-Langkah
Pembelajaran dengan Pendekatan
Ilmiah
Ø
10. Mengamati
Ø Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning)
Ø Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek
secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya
Ø Memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan
tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta
tujuan pembelajaran
Ø Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
tahu peserta didik.
Ø
Peserta didik menemukan
fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru.
A.Langkah-Langkah Mengamati
Ø
Menentukan objek apa
yang akan diobservasi
Ø
Membuat pedoman
observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
Ø
Menentukan secara jelas
data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
Ø
Menentukan di mana
tempat objek yang akan diobservasi
Ø
Menentukan secara jelas
bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah
dan lancar
Ø
Menentukan cara dan melakukan
pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera,
tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
B.Bentuk Keterlibatan Peserta Didik dalam
Observasi
Ø
Observasi biasa (common
observation)
Ø
Peserta didik merupakan
subjek yang sepenuhnya melakukan observasi (complete observer)
Ø
Peserta didik sama
sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati
Ø
Observasi terkendali (controlled
observation)
Ø
Peserta didik sama
sekali tidak melibatkan diri dan memiliki hubungan dengan pelaku, objek, atau
situasi yang diamati
Ø
Pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau
situasi yang dikhususkan
Ø
Observasi partisipatif (participant
observation).
Ø
peserta didik melibatkan
diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati
C.
Cara Pelibatan Peserta Didik dalam
Observasi
Ø
Observasi berstruktur
Ø
Fenomena subjek, objek,
atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik telah direncanakan
oleh secara sistematis di bawah bimbingan guru.
Ø
Observasi tidak
berstruktur
Ø
Apa yang harus
diobservasi oleh peserta didik tidak ditentukan secara baku atau rijid.
Ø
Peserta didik membuat
catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek,
objektif, atau situasi yang diobservasi.
11.Prinsip-Prinsip Observasi
Ø Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang
diobservasi untuk kepentingan pembelajaran
Ø Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas
subjek, objek, atau situasi yang diobservasi
Ø Guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati
cara dan prosedur pengamatan
Ø Paham terhadap apa yang hendak dicatat, direkam, dan
sejenisnya, serta bagaimana membuat
catatan atas perolehan observasi.
Ø Dalam
pembelajaran sejarah, pengamatan dilakukan pada objek sejarah yang berupa situs
sejarah. Oleh
karena sejarah itu adalah sesuatu yang sudah terjadi, dalam pembelajaran bisa
ditampilkan dalam bentuk media; media video, gambar dan seterusnya. Dalam tema
akulturasi Hindu Budha, misalnya dapat ditampilkan gambar candi Borobudur,
candi Prambanan
Ø 12. Menanya
A. Fungsi bertanya
- Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
- Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
- Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
- Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan
- Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
- Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar
- Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
- Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
- Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
v
Kriteria Pertanyaan yang
baik
Singkat dan jelas
Menginspirasi jawaban
Memiliki fokus
Bersifat probing atau divergen
Bersifat validatif atau penguatan
Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang
Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif
Merangsang proses interaks
v
Tingkatan Pertanyaan
ü
CONTOH;
Kenapa bentuk candi Borobudur dan Prambanan itu tidak sama? Apakah seni
bangun candi itu asli Indonesia atau ada pengaruh dari luar? Diusahakan setelah
ada pengamatan, yang bertanya bukan guru, tetapi yang bertanya peserta didik.
Ø
13. Menalar
v
Esensi Menalar
§ Guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif
§ Penalaran (Penalaran Ilmiah) merupakan proses berfikir yang
logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan
§
Menalar (Kurikulum 2013)
merupakan padanan dari associating bukan terjemahan reasoning.
§
Menurut teori asosiasi (Thorndike)
§
Proses pembelajaran
pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi langsung
antara pendidik dengan peserta didik, melalui stimulus dan respons (S-R)
§
proses pembelajaran,
lebih khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau
inkremental/bertahap, bukan secara tiba-tiba
§
Hukum Proses
pembelajaran
§
Hukum efek (The Law
of Effect)
§
Hukum latihan (The
Law of Exercise)
§
Hukum kesiapan (The
Law of Readiness)
Menurut teori belajar sosial (social
learning) Bandura
§ Belajar terjadi karena proses peniruan (imitation)
§ Konsep dasar teori belajar sosial (social learning theory)
dari Bandura
§ Pemodelan (modelling)
§ Fase belajar
§ Belajar vicarious
§ Pengaturan-diri (self-regulation)
§ Aplikasi
o
Guru menyusun bahan
pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.
o
Guru tidak banyak
menerapkan metode ceramah atau metode kuliah.
o
Bahan pembelajaran disusun
secara berjenjang atau hierarkis
o
Kegiatan pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
o
Setiap kesalahan harus
segera dikoreksi atau diperbaiki
o
Perlu dilakukan
pengulangan dan latihan
o
Evaluasi atau penilaian
didasari atas perilaku yang nyata atau otentik
o
Guru mencatat semua
kemajuan peserta didik untuk perbaikan
v
Cara Menalar
§ Penalaran induktif
o
Penalaran induktif
merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau
atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum
o
Kegiatan menalar secara
induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik
§ Penalaran deduktif
o
menarik simpulan dari
pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang
bersifat khusus
o
Pola penalaran deduktif
dikenal dengan pola silogisme .
v
Analogi dalam
Pembelajaran
§ Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran, karena
dapat mempertajam daya nalar peserta didik
§ Jenis-jenis analogi
o
Analogi induktif
•
Kesimpulan disusun
berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena atau gejala
o
Analogi deduktif
“metode menalar” untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu fenomena
atau gejala yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah
dikenal..
§ Deduktif:
bangsa Indonesia tidak mau dijajah bangsa asing, buktinya ada perlawanan/perang
Diponegoro, Hasannudin, Pattimura
§ Induktif:
diberbagai daerah ada perlawanan/perang Diponegoro, Hasannudin, Pattimura,
pertanda bahwa bangsa Indonesia tidak mau dijajah.
§ Unik:
perlawanan/perang Diponegoro, Hasannudin, Pattimura itu tidak sama satu sama
lain, karena pada peristiwa itu memiliki latar belakang dan setting yang
berbeda. Jadi ketiga perlawanan/perang itu tidak sama satu dengan yang lain.
§ Kontekstual:
peristiwa Tanjung Priok yang menggambarkan akan dibongkarnya makam ulama,
menemui protes besar dari masyarakat, mestinya tidak perlu terjadi. Karena
meletusnya perlawanan/perang Diponegoro karena Belanda membuat jalan, dimana jalan yang dibuat itu melewati makam leluhur Diponegoro.
v
Hubungan Antarfenomena
§ Guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan
antarfenomena
atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat
§ Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau
beberapa fakta yang satu dengan datu atau beberapa fakta yang lain
§ Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran
induktif, yaitu penalaran induktif sebab-akibat
§ Hubungan sebab–akibat
§ Hubungan akibat–sebab
§ Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2.
§ Hakekat
Pergerakan Nasional bagi peserta didik adalah jiwa nasionalisme dan ketekunan
dalam belajar. Peserta didik adalah generasi muda yang harus memiliki jiwa
nasionalisme dan harus giat belajar.
§ Proklamasi
kemerdekaan bangsa Indonesia dapat dilaksanakan karena adanya sinergitas,
saling menghargai, sikap pantang menyerah antara golongan muda dan golongan
tua. Begitu pula tercapainya suatu prestasi disekolah tidak terlepas dari
sinergitas, saling menghargai, sikap pantang menyerah dari dewan guru, peserta
didik, dan seluruh stake holder sekolah.
§ Sehubungan
adanya pembuatan jalan oleh Belanda yang melewati makam leluhur Diponegoro,
maka pecahlah perang Diponegoro melawan Belanda 1825 – 1830.
§ Perang
Diponegoro 1825 – 1830 melawan Belanda, sampai-sampai Belanda mengalami
kerugian besar, dan nyaris dikalahkan, disebabkan Belanda membuat jalan yang
melewati makam leluhur Diponegoro.
§ Perjuang
bangsa Indonesia melalui Pergerakan Nasional, mengakibatkan diproklasikan
kemerdekaan. Akibat proklamasi kemerdekaan datanglah Sekutu yaitu Inggris dan
Belanda datang ke Indonesia . Kedatangan Sekutu yang berkeinginan menjaga
status quo, tentu tidak diharapkan oleh pemuda Indonesia, terjadilah perang.
Ø
14. 4. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata
atau otentik
Untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan
belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan
Peserta didik diharapkan mampu menggunakan
metode ilmiah dan bersikap ilmiah.
§ Pada mata pelajaran sejarah, misalnya, peserta didik harus
memahami kaitan fakta-fakta sejarah yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari .
§ historia
vitae magistra ,
belajar sejarah agar bijaksana. Hal ini dimaksudkan bahwa belajar sejarah,
seseorang yang mempelajari sejarah, termasuk peserta didik, diharapkan dapat
mengambil pelajaran, dapat mengambil hikmah untuk dipakai dalam kehidupan
sehari-hari dari peristiwa sejarah. Semua peristiwa sejarah tentu memiliki
nilai yang dapat memberi inspirasi untuk mengembangkan sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan peserta didik.
§ Sebut saja dari
peristiwa perkelaian antar pelajar yang akhir-akhir ini sering terjadi.
Perkelaian itu sebenarnya sudah tidak baik, karena tidak hanya melanggar
aturan, tetapi bahkan melanggar norma kehidupan. Melanggar aturan, melanggar
norma kehidupan adalah sesuatu yang harus dihindari, harus dicegah, jangan sampai
peserta didik sekarang terkena virus negative tersebut. Jadilah peserta didik
yang taat aturan, memiliki martabat yang menjunjung tinggi kemanusiaan, dapat
merefleksikan kehidupan yang positif dalam kehihudupan sehari-hari dan memiliki
daya piker yang cerdas
Ø
15. Jejaring
Pembelajaran/Kolaboratif
§ Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya
hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur
interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha
kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama
§ Kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau
manajer belajar
§ Peserta didiklah yang harus lebih aktif
§ Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran
atau kelas kolaboratif
o
internet merupakan salah
satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas
dan mudah
o
referensi yang murah dan
mudah
v
Sifat Pembelajaran
Kolaboratif
1. Guru dan peserta didik saling berbagi informasi
2. Guru dan peserta didik berbagi tugas dan kewenangan
3. Guru sebagai mediator
4. Kelompok peserta didik yang heterogen
5. Kekurangan
kemampuan guru ada pada kelebihan kemampuan peserta didik, karena akses
internet kapan saja dan dimana saja .
Metode Pembelajaran Kolaboratif
§ JP = Jigsaw Proscedure
§ STAD = Student Team Achievement Divisions
§ CI = Complex Instruction
§ TAI = Team Accelerated Instruction
§ CLS = Cooperative Learning Stuctures
§ LT = Learning Together
§ TGT = Teams-Games-Tournament
§ GI = Group Investigation
§ AC = Academic-Constructive Controversy
CIRC =
Cooperative Integrated Reading
and Compo
16.Contoh Penerapan
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik
terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu.
Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul.
Setelah itu tugas guru adalah
meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang
ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan
asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman
belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks
lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik
diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang
dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan
peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan
dasar dan materi pembelajaran
17.SISTEM PENILAIAN
§ Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge),
kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis,
PR, dokumen, dan laporan.
§ Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat
bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan
perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan
pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam
diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran.
Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran
yang bersangkutan.
Penilaian pembelajaran
dengan PBL
dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan
dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang
dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam
kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri
(self-assessment) dan peer-assessment.
§ Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh
pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan
merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri
dalam belajar.
§ Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar
berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian
tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya
18.Langkah-langkah dan Rubrik
Penilaian
PERINGKAT
|
NILAI
|
KRITERIA
|
Amat
Baik ( AB)
|
90 < A ≤ 100
|
Hasil analisis tepat, tindak lanjut logis dan bisa
dilaksanakan
|
Baik (B)
|
75 < B < 90
|
Hasil analisis tepat, tindak lanjut kurang logis
|
Cukup
(C)
|
60 < C <
75
|
Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut logis
|
Kurang
(K)
|
< 60
|
Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut tidak
logis
|
18.ANALISA BUKU
NO.
|
ASPEK YANG DIANALISIS
|
HASIL ANALISIS
|
TINDAK LANJUT HASIL ANALISIS
|
||
TIDAK
SESUAI
|
SESUAI
SEBAGIAN
|
SESUAI
|
|||
1.
|
Kesesuaian
dengan SKL
|
|
|
|
|
2.
|
Kesesuaian
dengan KI
|
|
|
|
|
3.
|
Kesesuaian
dengan KD
|
|
|
|
|
4.
|
Kecukupan
materi ditinjau dari:
a. cakupan
konsep/materi esensial
b. alokasi waktu.
|
|
|
|
|
5.
|
Kedalaman
materi pengayaan ditinjau dari:
a. Pola pikir keilmuan
b. Karakteristik siswa
|
|
|
|
|
6.
|
Informasi pembelajaran sesuai standar proses
|
|
|
|
|
7.
|
Penerapan Pendekatan Scientific
|
|
|
|
|
8.
|
Penilaian Autentik dan Bahan Remedial Teaching
|
|
|
|
|
9.
|
Kolom interaksi antara guru dengan orangtua
|
ü 19. RAMBU – RAMBU PENYUSUNAN
RPP
1. RPP dijabarkan dari
silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai
KD.
2. Setiap guru pada
satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis.
3. RPP disusun untuk
setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
Guru merancang penggalan RPP
untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan
Komponen RPP ( Standar
Proses No 65 Th 2013)
Ø
Prinsip Penyusunan RPP
1. Memperhatikan
perbedaan individu peserta didik.
2. Mendorong partisipasi
aktif peserta didik.
3. Mengembangkan budaya
membaca dan menulis.
4. Memberikan umpan
balik dan tindak lanjut.
5. Mengakomodasi pada
keterkaitan dan keterpaduan KD, Keterkaitan dan keterpaduan materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar
dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
6. Mengakomodasi pembelajaran
tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan
keragaman budaya.
7. Menerapkan teknologi informasi
dan komunikasi.
Ø
Langkah Penyusunan RPP
1. Kegiatan Pendahuluan
o
Orientasi
•
Memusatkan perhatian
peserta didik pada materi yang akan dibelajarkan, dengan cara menunjukkan benda
yang menarik, memberikan illustrasi, membaca berita di surat kabar, menampilkan
slide animasi, fenomena alam, fenomena sosial, atau lainnya.
o
Apersepsi
•
Memberikan persepsi awal
kepada peserta didik tentang materi yang akan diajarkan.
o
Motivasi
•
Guru memberikan gambaran
manfaat mempelajari materi
yang akan diajarkan
o
Pemberian Acuan
•
Berkaitan dengan kajian
ilmu yang akan dipelajari.
•
Acuan dapat berupa
penjelasan materi pokok dan uraian materi pelajaran secara garis besar.
•
Pembagian kelompok belajar.
•
Penjelasan mekanisme pelaksanaan
pengalaman belajar (sesuai dengan rencana langkah-langkah pembelajaran).
2. Kegiatan Inti
§ menggunakan model pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
§ Menggunakan
pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atauinkuiri
dan penyingkapan (discovery) dan/ atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning ) disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dan jenjang pendidikan.
§ Memuat pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terinntegrasi
pada pembelajaran
§ Kegiatan
Penutup
§ a. seluruh
rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk
selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung
dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
§ b. memberikan
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
§ c. melakukan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas,
§ baik tugas individual maupun kelompok; dan
§ d.
menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya..
Ø
Contoh Format RPP
Satuan Pendidikan
|
:
|
……………………………………..
|
|
Kelas/Semester
|
:
|
……………………………………..
|
|
Mata Pelajaran
|
:
|
……………………………………..
|
|
Topik
|
:
|
……………………………………..
|
|
Pertemuan Ke-
|
:
|
……………………………………..
|
|
Alokasi Waktu
|
:
|
……………………………………..
|
|
A.
|
Kompetensi Dasar
|
||
B.
|
Indikator pencapaian kompetensi
|
||
C.
|
Tujuan pembelajaran
|
||
D.
|
Materi ajar
|
||
E.
|
Metode pembelajaran
|
||
F
|
Kegiatan Pembelajaran
|
||
G
|
Alat dan
Sumber Belajar
-
Alat dan Bahan
-
Sumber Belajar
|
||
H
|
Penilaian Proses dan Hasil Belajar
-
Teknik : tertulis dan tak
tertulis
-
Bentuk
-
Instrumen (Tes dan Non tes)
-
Kunci dan Pedoman penskoran
- Tugas
|
||
Ø
21. FORMAT ANALISIS RANCANGAN PENILAIAN DALAM RPP
Penyusun RPP :
......................................................................................
Kelas :
.....................................................................................
Jenjang :
......................................................................................
KI :
......................................................................................
KD :
......................................................................................
NO.
|
ASPEK YANG DIANALISIS
|
TINDAK LANJUT HASIL ANALISIS
|
|||
TIDAK
TERPENUHI
|
TERPENUHI SEBAGIAN
|
TERPENUHI
|
|||
1.
|
Instrumen
rancangan penilaian sesuai dengan KI
|
|
|
|
|
2.
|
Instrumen
rancangan penilaian sesuai dengan KD
|
|
|
|
|
3.
|
Instrumen
rancangan penilaian sesuai dengan Indikator
|
|
|
|
|
4.
|
Instrumen
rancangan penilaian telah menggunakan teknik penilaian autentik
|
|
|
|
|
5.
|
Instrumen
rancangan penilaian telah menggunakan bentuk penilaian sesuai pendekatan
scientific dalam pembelajaran
|
|
|
|
|
6.
|
Instrumen
rancangan penilaian sesuai dengan materi yang diberikan
|
|
|
|
|
7.
|
Instrumen
rancangan penilaian sesuai waktu yang direncanakan
|
|
|
|
|
8.
|
Instrumen
penilaian mendukung penilaian autentik
|
|
|
|
|
22. Kegiatan
Awal
Ø
Apersepsi dan Motivasi
1. Apa yang
dilakukan guru untuk menggali pengetahuan awal atau memotivasi siswa?
2. Bagaimana
respons siswa? Apakah
siswa bertanya tentang sesuatu masalah terkait dengan apa yang disajikan guru
pada kegiatan awal?
Ø
Materi Ajar
1. Apakah guru
memberikan penjelasan umum tentang materi ajar atau prosedur kegiatan yang
harus dilakukan oleh siswa?
2. Bagaimana
keterkaitan antara pembelajaran dengan realita kehidupan, lingkungan dan
pengetahuan lainnya?
Ø
Pengelolaan sumber belajar/media dan pendekatan
yang digunakan
1. Apakah guru
terampil dalam memanfaatkan dan mampu memanfatkan media pembelajaran?
2. Bagaimana
interaksi siswa dengan sumber belajar/media?
Apakah siswa dapat mengikuti alur kegiatan belajar?
23.Kegiatan
Inti
Pendekatan SCIENTIFIC
1. Bagaimana cara
guru memberikan arahan yang mendorong siswa untuk mengamati, bertanya, berpikir dan beraktivitas secara analitik?
2. Apakah siswa
aktif melakukan kegiatan fisik dan mental (berpikir).
23. Kegiatan Penutup
v
Refleksi
1. Bagaimana cara
guru memberikan refleksi (mereview, merangkum atau menyimpulkan).
2. Apakah guru
memberi tugas pekerjaan rumah.
v
Evaluasi
1. Bagaimana cara
guru melakukan evaluasi pembelajaran? (Sikap, Keterampilan, dan Pengetahuan).
24. Proses Penilaian yang
Mendukung Kreativitas
Sharp, C.
2004. Developing young children’s creativity: what can we learn from research?
Guru dapat membuat peserta didik
berperilaku kreatif melalui:
•
tugas yang tidak hanya
memiliki satu jawaban benar,
•
mentolerir jawaban yang
nyeleneh,
•
menekankan pada proses
bukan hanya hasil saja,
•
memberanikan peserta didik
untuk:
-
mencoba,
-
menentukan sendiri yang kurang
jelas/lengkap informasi,
-
memiliki interpretasi sendiri
terkait pengetahuan/kejadian,
•
memberikan keseimbangan
antara kegiatan terstruktur dan spontan/ekspresif
25.Sistem Penilaian Kurikulum 2013
No
|
Jenis Penilaian
|
Pelaku
|
Waktu
|
1
|
Penilaian otentik
|
Guru
|
Berkelanjutan
|
2
|
Penilaian diri
|
Siswa
|
Tiap kali sebelum ulangan harian.
|
3
|
Penilaian projek
|
Guru
|
Tiap akhir bab atau tema pelajaran
|
4
|
Ulangan harian (dapat berbentuk penugasan)
|
Guru
|
terintegrasi dengan proses pembelajaran
|
5
|
Ulangan Tengah dan Akhir Semester
|
Guru (di bawah koord. satuan pendidikan)
|
Semesteran
|
6
|
Ujian Tingkat Kompetensi
|
Sekolah (kisi-kisi dari Pemerintah)
|
Tiap tingkat kompetensi yang tidak bersamaan dengan
UN
|
7
|
Ujian Mutu Tingkat Kompetensi
|
Pemerintah (dengan metode survei)
|
Tiap akhir tingkat kompetensi (yang bukan akhir
jenjang sekolah)
|
8
|
Ujian Sekolah
|
Sekolah (sesuai dengan peraturan)
|
Akhir jenjang sekolah
|
9
|
Ujian Nasional sebagai Ujian
Tingkat Kompetensi pada akhir jenjang satuan pendidikan.
|
Pemerintah (sesuai dengan peraturan)
|
Akhir jenjang sekolah
|
26. Indikator Keberhasilan Implementasi Kurikulum
2013
No
|
Entitas Pendidikan
|
Indikator Keberhasilan
|
1
|
Peserta Didik
|
Lebih produktif, kreatif, inovatif, afektif
|
Lebih senang belajar
|
||
2
|
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
|
Lebih bergairah dalam melakukan proses pembelajaran
|
Lebih mudah dalam memenuhi ketentuan 24 jam per minggu
|
||
3
|
Manajemen Satuan Pendidikan
|
Lebih mengedepankan layanan pembelajaran termasuk bimbingan dan
penyuluhan
|
Terjadinya proses pembelajaran yang lebih variatif di sekolah
|
||
4
|
Negara dan Bangsa
|
Reputasi internasional pendidikannya menjadi lebih baik
|
Memiliki daya saing yang lebih tinggi, sehingga lebih menarik bagi
investor
|
||
5
|
Masyarakat Umum
|
Memperoleh lulusan sekolah yang lebih kompeten
|
Dapat berharap kebutuhan pendidikan akan dipenuhi oleh sekolah (tidak
perlu kursus tambahan)
|
0 komentar:
Post a Comment