Editor’s note : Gabriel Montadaro adalah
eksekutif perusahaan yang berpengalaman di industri retail &
consumer Indonesia dan regional ASEAN. Saat ini ia menjabat sebagai vice
president di PT.APL (Anugerah Pharmindo Lestari).
Untuk marketers, Web 2.0 menawarkan kesempatan baru yang luar biasa untuk melibatkan konsumen tetapi, banyak marketers yang masih terjebak mengeksekusinya dengan tools pemasaran tradisional.
Suka atau tidak, era 2.0 dan tsunami Media Sosial telah tiba dan telah menginfeksi kita dalam mencari informasi atau cara kita berinteraksi dengan orang lain. Ini bukan “business as usual” lagi, terutama untuk marketer dan brand owner.
Hanya dengan memahami trends kita akan mampu untuk memenangkan pangsa pasar, mind share dan heart share, berikut adalah beberapa perubahan yang terjadi saat ini :
1. Perubahan kebiasaan konsumen
Sebuah studi baru oleh Starcom MediaVest Group, menemukan bahwa konsumen Cina menghabiskan waktu 3,25 jam sehari online dibandingkan dengan 2,21 jam menonton TV.
Di AS, 65% dari orang yang lebih muda dari 30 tahun mengutip internet sebagai sumber berita utama mereka, hampir dua kali lipat dari 34% pada tahun 2007.
Saya sendiri tidak berlangganan koran atau majalah sejak tahun 2007, mengapa membaca koran fisik yang dicetak dengan headline yang sudah ada di sumber online hari kemarin.
2. On line media yang melampaui media tradisional
Tahun 2012 adalah pertama kalinya dalam sejarah AS, marketer diproyeksikan menghabiskan lebih banyak pada iklan online dari pada iklan di majalah cetak dan surat kabar.
Menurut sebuah studi yang dirilis oleh eMarketer, iklan online diharapkan dapat menghasilkan $ 39,5 billion pada penjualan tahun 2012 – meningkat 23,3% dari tahun 2011 – dibandingkan dengan $ 33,8 billion di media cetak.
3. Brand ambassador selebriti digantikan oleh influencer
Kami telah melihat ada banyak influencer , dari celebtwits ke celeb blogger yang memiliki lebih banyak followers, teman-teman, likes daripada selebritis. Orang-orang mencari kualitas konten lebih dari sekedar wajah cantik. Orang-orang menaruh kepercayaan pada pendapat mereka daripada selebriti yang muncul sebagai brand ambassador di iklan TV.
4. Komunikasi Massa kalah efektif dari Community Talks
Ya, orang masih cukup banyak menyalakan TV mereka saat mereka berada di rumah, setidaknya itu saya lakukan, tapi saya lebih “mendengarkan” ke TV daripada “menonton” itu. Selanjutnya, otak saya telah “memerintahkan” untuk men-sensor apa yang datang, hanya mendengarkan berita penting dan me-mute iklan.
Namun, situasi ini mungkin sangat berbeda ketika masyarakat mulai berbicara tentang suatu merek, orang cenderung jauh lebih tertarik dengan apa yang dibicarakan oleh circle mereka, Anda merasa jadul jika Anda tidak berpartisipasi dalam percakapan, lebih buruk lagi, jika Anda tidak tahu apa yang mereka bicarakan.
5. Semakin populernya multi-channel distribution
Berbicara tentang channel distribusi yang digunakan sangat sederhana, hanya produsen mengirim barang ke distributor atau langsung menyimpan dan konsumen membeli dari toko. Sekarang ini, layanan dan produk sudah banyak yang didistribusikan melalui multi-channel. Saya bahkan bisa memesan makanan favorit saya, ayam betutu, langsung dari Bali untuk siap di kantor saya di Jakarta pada jam makan siang.
6. Balancing Talk and Listen
Dahulu menjadi Marketer adalah raja untuk mengendalikan apa, kapan, di mana dan bagaimana dia mengkomunikasikan merek kepada konsumen. Hari-hari itu telah berakhir. Hari ini Marketer yang baik harus menyeimbangkan berbicara dan mendengarkan, ini adalah era 2 way communication di mana konsumen dapat dan memiliki akses untuk berbicara dengan bebas. Gagal untuk mendengarkan mereka akan menempatkan merek Anda pada risiko yang besar.
0 komentar:
Post a Comment