USWAH UJE BAGI ANAK
“Pak
apakah untuk menjadi orang terkenal harus berbuat jelek dulu harus kenal
narkoba dulu dan harus berani menentang aturan? “ Demikian pertanyaan anak saya
yang masih duduk di SMP kepada saya. Pertanyaan itu muncul ketika ia
menyaksikan tayangan di sebuah stasiun TV swasta Nasional yang sedang menayangkan
meninggalkan Sang Dai Gaul Ustadz Jeffry
Al Buchori.
Pertanyaan
itu wajar karena ketika berita itu disampaikan yang ditonjolkan adalah masa
lalu Beliau yang ada sisi gelapnya ,sehingga seorang anak yang masih relatip
polos dapat mengambil kesimpulan yang
keliru. Padahal kita tahu bahwa Beliau adalah ulama besar terlepas masa
lalu yang ada catatan suramnya.
Ketika pemakaman
saja hampir semua stasiun Televisi Nasional meliput prosesi itu dan kita dapat
menyaksikan ribuan orang dari berbagai usia dan lapisan mengantar kepergian
Ustazd gaul tersebut sejak dari rumah duka sampai dengan pemakaman di Tempat Pemakaman Umum (TPU)
Karet Tengsin Jakarta Pusat. Ini
menunjukkan betapa masyarakat sangat mencintai Beliau.
Indonesia
kehilangan lagi seorang ulama besar yang menjadi idola bagi semua muslim
khususnya para remaja dengan meninggalnyta Ustadz Jeffry Al Buchori yang biasa
disapa denagn Uje. Beliau wafat dalam sebuah kecelakaan, pada hari Jumat
sekitar pukul 01.00 akibat sepeda motor
Kawasaki B-3590-SGQ yang dikendarianya menabrak pohon palem di tepi Jalan Gedung Hijau 7 Pondok Indah , Jakarta Selatan
(Suara Merdeka, Sabtu, 27 April 2013).
Sisi
negatip yang banyak ditonjolkan dari cerita
perjalanan hidup Sang Kiyai Uje dari tayangan sebuah Televisi Swasta Nasional
adalah bahwa Uje yang lahir di Jakarta
tanggal 12 April 1973, memiliki perjalanan hidup yang penuh gejolak dan masa
lalunya kontras dengan kehidupan menjelang akhir hayatnya. Sekalipun sejak
kecil mendapat didikan agama secara ketat dari kedua orang tuanya . Bayangkan,
ketika masih seusia anak SD sudah sering melanggar aturan sampai kabur dari
pesantren Modern Balaraja Tangerang sehingga Uje kecil pernah mendapat hukuman
dicukur gundul.
Uje
secara jujur juga mengaku bahwa sejak SMA ia memakai Narkoba, barang kharam
yang harus dijauhi para pelajar. Usia 15 tahun sudah kenal pacaran dan di usia
yang masih cukup belia yakni 16 tahun akrab dengan dunia malam. Untungnya
hidayah datang, Alloh mengirim seorang bidadari ,seorang wanita bernama Pipik Dian Irawati, seorang
model sampul sebuah majalah remaja tahiun 1995 asal Semarang yang mampu meredam kebandelan Uje hingga kehidupannya
berbalik dari alam jahiliah menjadi insan yang agamis .
Sayangnya
kita sangat terharu mendengar dan menyaksikan tayangan perjalanan hidup seorang
manusia yang mengharukan dan dapat dikatakan happy endingitu dari sisi
negatipnya. Sehingga lupa dampak dari ceria tersebut khususnya dari anak-anak
kita yang masih mencari bentuk kepribadiannya. Seakan anak akan mengatakan
bahwa yang penting ketika besar nanti bertaubat dan kembali ke jalan yang
benar, tak masalah ketika muda banyak berbuat salah.
Padahal
perilaku atau sisi positip Uje yang dapat untuk membangun karakter anak sangat
banyak dan perlu ditonjolkan antara lain
seperti yang diceritakan oleh sahabat-
sahabat dekat Beliau antra lain bahwa
Ustadz Uje selalu berjabat dengan cium tangan
kepada orang yang lebih tua sekalipun ia seorang penjual bubur, suka mentraktir
/membayar makan bagi orang lain walaupun tidak dikenalnya (suka beramal) ,
selalu hangat kepada siapapun yang ia temui dan tidak menyakiti hati, mau
berbagi ilmu dengan hanya mengharap bayaran dari Alloh dan sebagainya.
Di
sinilah pentingnya orang tua mendampingi anaknya ketika mengikuti tayangan
televisi agar tidak salah mengambil kesimpulan . Jangan sampai mengambil uswah
/contoh yang keliru dari sebuah episode
perjalanan kehidupan seseorang, yang bisa
menjadi idolanya . Apalagi di era keterbukaan dan kemajuan teknologi
yang sangat pesat dewasa ini bila kita keliru mengendalikan anak dan tidak
mengawasinya, maka anak akan meniru idolanya sekalipun tidak sesuai dengan
kepribadian yang baik dan menjadi salah arah.
Selaku
orang tua mungkin sudah mengarahkan anak-anak secara baik dengan diberikan
pendidikan agama yang cukup agar tidak terjerumus ke jurang kesesatan dan
dikirim ke sekolah yang memadai agar kehidupannya tidak kekurangan secara
finansial. Tetapi lingkungan sangat mempengaruhi pola pikir dan keinginannya
sehingga bisa membelokkan nurani baiknya yang sudah terbangun ke jalan neraka.
Kata
kuncinya adalah komunikasi dan kasih sayang. Anak selalu diajak bicara dan
ditanyakan berbagai hal manakala ada permasalahan. Tak lupa mengontrol secara
berkala isi tas dan telepon selulernya bila ia sudah memiliki. Sekalipun hal
semacam ini dianggap melanggar privasi anak namun bila tidak dilakukan
akan seperti buah simala kama di mana nantinya orang tua sendiri yang harus
menanggung akibatnya.
Harapan
kita sebagai orang tua tentu saja jangan sampai dalam sebuah tayangan ataupun
berita yang ditonjolkan adalah kejelekan di masa lampau sedangkan kebaikan di
saat akhirnya hanya sekilas (kurang seimbang). Secara tidak langsung anak akan
mendapatkan sebuah mind set yang keliru bahwa salah satu tangga menuju
sukses harus melalui tahapan keberanian melanggar aturan.
Bila hal
itu sudah menjadi aksioma maupun dalil
bagi anak , maka kita perlu mengingatkan pada anak bahwa baagaimanapun kita harus selalu berbuat baik
sesuai dengan aturan agama dan negara . Orang yang buruk perilakunya akan bisa
menjadi baik hanya bila sempat mendapat hidayah.
Sepanjang hidayah dari Tuhan tidak diperolehnya maka hanya akan
ditemukan masalah dalam kehidupannya . maka jangan sampai hanya meniru buruknya
saja, tidak melihat sisi positip dan perjuangannya ketika ia keluar dari lembah
hitam sampai menjadi sorang yang diakui dan dikagumi. Bagaimanapun sebaik-baik manusia adalah orang yang berguna bagi orang lain dan tidak menjadi
masalah bagi orang lain. Selamat jalan Uje semoga Alloh mengampuni dosa-dosamu
dan menerima amal baikmu serta menempatkan dirimu di tempat yang sebaik
baiknya. Amin .
PENGIRIM:
HERO
SULTONI COMARA
Guru
SMKN 4 Brangsong KENDAL
081325134341
0 komentar:
Post a Comment