Perjuangan Panjang KWSG Menjadi Koperasi Kelas Dunia
Koperasi yang didirikan pada 29 Januari 1963 dengan nama “Koperasi Serba Usaha Karyawan Perusahaan Negara Semen Gresik” itu diakui prestasinya oleh pemerintah dan telah menjadi salah satunya koperasi berkelas dunia. “Selalu ada hikmah di balik masalah yang menimpa,” begitu petuah yang sepertinya berlaku pada Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG) yang terpilih sebagai salah satu dari lima koperasi terbaik pada acara puncak Hari Koperasi Nasional di Palangkaraya, 12 Juli 2012.
Omzetnya yang
mencapai Rp1,4 triliun dan aset Rp476,9 miliar serta sisa hasil usaha
(SHU) yang lebih dari Rp23,66 miliar itu menjadi tolak ukur jika KWSG
dinobatkan sebagai koperasi berkelas dunia. “Indonesia setidaknya
mempunyai lima koperasi yang memiliki kriteria sebagai koperasi berskala
dunia,” kata Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan saat
mengapresiasi keberadaan lima koperasi di Indonesia, salah satunya KWSG.
Namun
di balik kesuksesannya, ternyata perjalanannya justru diawali dari
kesulitan para anggotan yang ketika itu tidak mampu membeli semen akibat
terjadi kelangkaan semen di Indonesia pada tahun 1992. “Ini kan lucu,
masak karyawan pabrik semen tidak mampu membeli semen akibat kelangkaan
semen pada saat itu,” tutur Manajer Pengembangan Manajemen KWSG,
Soetjipto, kepada ANTARA di Gresik, Jumat (20/7).
Soetjipto
yang resmi menjadi karyawan Perusahaan Semen Gresik pada tahun 1980 itu
mengatakan, akibat tidak mampu membeli semen kala itu, seluruh karyawan
tidak bisa membangun rumah. Oleh karena itu, KWSG berinisiatif mewadahi
seluruh karyawan agar bisa membeli semen melalui koperasi, sehingga
mulai saat itulah sepak terjang KWSG mulai terlihat ada peningkatan
dengan menambah usaha di bidang penjualan semen dan bahan bangunan.
“Kita
buat aturan, setiap karyawan bisa membeli semen, namun dibatasi hanya
dua sak dengan menunjukkan kartu tanda pegawai,” urainya. Usaha baru
penjualan semen dan bahan bangunan inilah yang membuat KWSG perlahan
tapi pasti mengalami peningkatan omzet hingga mampu memiliki sebanyak 47
outlet atau gudang penjualan semen di seluruh Indonesia.
“Dari
usaha penjualan semen, koperasi mulai mendapat kepercayaan dari berbagai
pihak, dan perlahan-lahan memiliki alat pengangkut semen seperti truk
dengan total kini sebanyak 700 truk,” ujarnya. Soetjipto mengatakan,
KWSG yang kini memiliki total 5.976 anggota, awalnya hanya bergerak di
bidang pemenuhan kebutuhan pokok karyawan, seperti beras dan sayur mayur
yang dibeli dari kawasan Pujon, Kabupaten Malang.
“Dulu kita
kulakan sayur mayur di Malang, lalu dijual kembali untuk para anggota
koperasi, hal ini berlangsung terus menerus hingga tahun 1980,”
tandasnya. Memasuki tahun 1989, usaha KWSG bertambah bergerak di bidang
percetakan dan fotokopi dan tahun 1991 merambah usaha perdagangan umum
seperti Gipsum, Tambang, hingga puncaknya tahun 1992 membuka usaha
perdagangan bahan bangunan.
“Kini, usaha berkembang hingga
memiliki 10 bidang usaha, seperti pertokoan, penjahitan, simpan pinjam,
percetakan dan fotokopi, katering dan restoran, perdagangan umum, bahan
bangunan, ekspedisi, event organizer serta distributor “Consumer
Goods”,” ungkapnya. Dengan telah berkembangnya usaha itu, Soetjipto
mengaku, KWSG berhasil menyabet puluhan penghargaan, di antaranya
sebagai Koperasi Teladan Tingkat Nasional tahun 1990 sampai 1993 dan
mendapatkan hasil pemeringkatan Koperasi se-Jawa Timur dengan nilai
Sangat Berkualitas pada tahun 2010.
Kunci Sukses.
Diakui atau tidak, koperasi khususnya di Indonesia mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, membuka lapangan pekerjaan, menurunkan tingkat
kemiskinan dan meningkatkan kemakmuran rakyat. Namun dalam berkoperasi,
masyarakat Indonesia masih terjebak pada paradigma atau pola pikir lama,
sehingga koperasi yang didirikan hanya diperuntukkan anggota.
“Cara
pandang ini tentunya harus diubah, sebab koperasi yang hanya
diperuntukkan anggota tidak akan berkembang pesat, sebab keuntungannya
akan sedikit, yakni sesuai jumlah anggota koperasi itu,” ucapnya. Oleh
karena itu, koperasi di Indonesia harus bisa berkembang dengan membuka
pola pikir lama, yakni koperasi itu harus bisa diperuntukkan atau
dimanfaatkan masyarakat umum juga.
Dengan begitu, usaha koperasi
akan meluas, namun keuntungannya tetap bisa dimiliki oleh seluruh
anggota. “Saran saya, kalau mendirikan koperasi jangan sampai alergi
dengan usaha yang bermacam-macam, dan usaha yang dibangun pun jangan
hanya ditujukan untuk anggota saja, namun bisa dimanfaatkan oleh orang
lain,” tukasnya.
Soetjipto mencontohkan KWSG yang memiliki
berbagai bidang usaha. Dalam transaksinya, anggota hanya berperan
sebesar lima persen, namun transaksi yang dilakukan oleh non-anggota
(orang lain) mencapai 95 persen. “Transaksi usaha KWSG lebih banyak
dimanfaatkan oleh non-anggota, namun tujuannya tetap menyejahterakan
anggota, yakni laba atau keuntungan yang masuk tetap milik anggota,”
paparnya.
Selain itu, koperasi didukung pula oleh manajemen yang
bagus dalam membangun jaringan usaha, sehingga koperasi akan kuat dan
dipercaya oleh bank sebagai peminjam modal. “Dahulu, awal-awal KWSG
berdiri, bank tidak mau melirik atau meminjami kami modal, namun kini
ketika kita sudah berprestasi, banyak bank yang menawarkan modal
pinjaman, sebab mereka tahu jika KWSG memiliki manajemen yang bagus dan
bertanggung jawab,” tegasnya.
Untuk itu, pihaknya berharap kepada
seluruh koperasi di Indonesia supaya mampu berkembang dengan berbagai
usaha, sehingga omzet yang dimiliki bisa terus berkembang dan
menguntungkan anggota. Soetjipto tidak menjelaskan berapa modal awal
ketika KWSG didirikan, namun KWSG siap mendukung majunya seluruh
koperasi di Indonesia dengan berbagi tips dan rahasia, agar bisa maju
secara bersama-sama.
“Kita siap menjadi sumber belajar dan kita
akan sampaikan semuanya untuk kemajuan bersama,” ulasnya. Keberhasilan
itu juga diakui Direktur Utama PT Semen Gresik (Persero) Tbk, Dwi
Soetjipto. “Tingginya prestasi yang diraih KWSG bukan semata-mata karena
koperasi ini sudah melampaui masa yang cukup panjang,” ujarnya.
Namun,
kuncinya ada pada kombinasi antara dukungan perusahaan, yakni PT Semen
Gresik (Persero) Tbk, profesionalisme pengelolaan koperasi serta
partisipasi aktif anggota. “Kombinasi inilah yang kemudian menjadi
pondasi kokoh yang memungkinkan kinerja bisnis koperasi menjulang
tinggi,” ucapnya. (*) AntaraJatim
0 komentar:
Post a Comment